Angsa yang Bijaksana

Sebatang pohon beringin yang tumbuh di tepi sebuah telaga. Sekelompok angsa membangun sarang-sarangnya pada cabang-cabang pohon itu. Sepanjang hari mereka menggunakan waktunya untuk berenang diseputar telaga tersebut dan malamnya mereka kembali kesarangnya.

Beberapa tahun berlalu dan angsa-angsa itu tinggal dengan bahagia dan sejahtera di pohon itu. Namun, pada suatu hari seekor angsa tua melihat sebatang pohon menjalar tumbuh dekat akar pohon itu. Ia memanggil semua angsa dan berkata, "kita semua berada dalam bahaga besar."

"Bahaya besar bagaimana," tanya angsa-angsa lainnya

"Dapatkah kalian semua melihat tumbuhan menjalar kecil sedang tumbuh? Bila kita tidak menyingkirkannya segera, kita pasti akan mati," kata si angsa tua.

Semua angsa lainya tertawa. "Bagaimana mungkin sebatang tumbuhan menjalar yang kecil itu dapat menyakiti kita?" Mereka bertanya.

"Sekarang tumbuhan menjalar ini masih kecil. Tetapi setelah beberapa hari ia akan menjadi besar dan kuat. Sekarang kita dapat dengan mudah mencabutnya; tetapi bila ia menjadi besar dan kuat, kita tak akan mampu lagi menghancurkannya. Dengan bantuan tumbuhan menjalar ini, seorang pemburu akan dengan mudah dapat memanjat pohon kita ini dan menangkap kita," angsa tua yang bijaksana itu memperingatkan.

"Kita lihat saja nanti," celoteh angsa-angsa lainnya tak pedulu. "Tumbuhan menjalar ini terlalu kecil untuk dikhawatirkan sekarang ini." Akhirnya para angsa itu melupakan peringatan angsa tua. Hari berlalu dan tumbuhan menjalar itu tumbuh besar dan kuat seakan-akan mengungguli pohon beringin itu.

Suatu hari seorang pemburu menunggu angsa itu dengan sabar untuk terbang mencari makanan. Dengan hati-hati ia mengambil jaring dan berjalan menuju pohon. Dengan bantuan sulur tumbuhan menjalar yang kuat itu ia dapat memanjat naik. Ia menebarkan jaringnya menutupi pohon dan cepat-cepat turun sebelum angsa-angsa itu melihatnya.

Ketika kelompok angsa itu kembali kesarangnya, mereka tidak menyadari perangkap yang telah dipasang pemburu. Ketika mereka mau hinggap, mereka baru sadar bahwa mereka terperangkap.

"Tolong! Tolong!," angsa-angsa itu menjerit ketakutan. "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Sekarang pemburu itu pasti akan menangkap kita dan kita semua akan mati."

Angsa tua yang bijaksana itu berbicara lebih keras. "Diamlah, kamu semua burung bodoh. Aku telah memperingatkanmu dahulu bahwa kita harus memusnahkan tumbuhan menjalar kecil itu selama kita masih dapat melakukannya; tetapi kalian mentertawaiku. Bagaimanapun juga, aku tahu pada suatu hari kita akan mendapat kesulitan, sehingga aku telah menyiapkan rencana untuk menyelamatkan kita sendiri."

"Maafkanlah kami semua karena tidak menghiraukan saranmu," jerit angsa-angsa itu. "Kini kami akan menurut apapun yang kamu katakan."

"Dapatkah kalian semua melakukan penghentian gerak?" Tanya angsa tua itu. "Ya dapat!" Teriak para angsa yang ketakutan itu. "Kami akan melakukan apapun agar terlepas dari kesulitan ini."

"Baiklah," kata si angsa tua, "bila si pemburu kembali, kalian harus berpura-pura mati. Tahan nafas kalian dan diam jangan bergerak-gerak. Menyangka kita semua mati, si pemburu akan melepaskan kita dari jaring dan membuang kita ke tanah. Kita semua harus diam tanpa bergerak sedikitpun. Bila burung terakhir telah bebas dari jaring dan dilempar ke tanah, kita semua cepat-cepat terbang menjauh."

"Sungguh suatu rencana yang cerdik!" Kata semua angsa dengan senang. "Sekarang kita dapat membuat pemburu itu kecewa."

Hari berikutnya ketika si pemburu kembali ia sangat senang melihat banyak angsa tertangkap jaringnya.

"Akan lebih baik bila angsa itu semuanya mati. Itu akan mempermudah pekerjaanku. Biarlah aku cepat-cepat mengumpulkannya dalam karung dan membawanya ke pasar," pikir si pemburu.

Si pemburu melepaskan burung-burung itu satu persatu dari jaring dan melemparkannya ke tanah. Semua angsa tergolek diam tanpa bergerak. Ketika angsa terakhir telah dilemparkan ke tanah mereka semua segera mengepakkan sayapnya yang lebar itu dan terbang menyingkir cepat-cepat.

"Apa yang terjadi di tanah?" Teriak si pemburu dengan sangat marah melihat tangkapannya semua terbang. "Aku telah tertipu."

Sejak saat itu kelompok angsa itu selalu mendengarkan nasehat angsa tua itu dengan penuh perhatian. Dikutip dari buku "Tokoh-Tokoh Cerdik dalam Cerita Rakyat" karangan I Wayan Jendra.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mantram Kesejahteraan

Sembahyang Di Sanggah Orang, Boleh Tidak Ya?

Set Your Mind Get Your Mindset